Zaman Perundagian dan Kehidupan Sosial dan Ekonomi


Zaman Perundagian
Zaman perundagian adalah zaman di mana manusia sudah mengenal pengolahan logam. Hasil-hasil kebudayaan yang dihasilkan terbuat dari bahan logam. Adanya penggunaan logam, tidaklah berarti hilangnya penggunaan barang-barang dari batu. Penggunaan bahan dari logam tidak begitu tersebar luas sebagaimana halnya bahan dari batu. Persediaan logam sangat terbatas. Hanya orang-orang tertentu yang memiliki barang-barang dari logam. Kemungkinan hanya orang-orang yang mampu membeli bahan-bahan tersebut. Keterbatasan persediaan tersebut memungkinkan barang-barang dari logam diperjualbelikan. Adanya perdagangan tersebut dapat diperkirakan bahwa manusia pada zaman perundagian telah mengadakan hubungan dengan luar.

Penduduk
Pada masa perundagian perkembangan perkampungan sudah mulai besar. Dengan ber-satunya beberapa kampung akan terbentuk desa-desa besar tempat  orang-orang di daerah pertanian di sekitarnya melakukan perdagangan. Dengan begini kelompok penduduk akan semakin bertambah. Kebanyakan penemuan sisa-sisa manusia bayak ditemukan di daerah sekitar pantai. Perpindahan penduduk atau pelayaran pada masa ini lebih banyak terjadi dari pada masa bercocok tanam. Pembauran antara populasi-populasi lokal pun semakin banyak terjadi sehingga peradaban-peradaban asli mereka makin banyak berkurang, meskpun daerahnya terletak saling berjauhan. Kapadatan penduduk semakin meningkat sedikit demi sedikit sampai 20 per km2. Jumlah orang yang mencapai usia trua semakin banyak dan kebanyakan di antara mereka adalah laki-laki. Di Gilimanuk misalnya, kematian anak-anak masih tinggi. Umur harapan waktu lahir hanya 15,8 tahun, dan pada usia 50 tahun 7,5 tahun. Angka kematian adalah 63,4 per 1000 tahun. Tetapi cara-cara lain seperti pengguguran, larangan kawin bagi janda, dan pantang seks pada keadaan waktu tertentu mungkin sudah di jalankan.

Kemahiran membuat alat
Benda-benda perunggu
Kebudayaan perunggu yang masuk di indonesia itu hanya kebudayaan perunggu bagian yang terakhir saja. Buktinya di Indonesia hanya terdapat kapak perunggu bentuk kapak sepatu saja. Kapak-kapak perunggu yang tertua,bentuknya masih meniru bentuk kapak batu. Kapak itu ditusukkan kedalam kayu tangkainya atau diikatkan padanya. Lambat laun bentuknya berubah dan akhirnya disebut Kapak sepatu (Tullenaxt, hache a doouille). Kapak dengan bentuk sepatu itu pemasangan tangkainya dimasukkan kedalam kapak.hanya kapak perunggu dengan bentuk yang termuda ini (j.i.kapak sepatu) terdapat di indonesia. Jadi hanya kebudayaan perunggu yang masuk di indonesia.
Nekara Di Indonesia
Nekaraadalah semacam berumbung dari perunggu yang berpinggang di bagian tengahnya dan sisi atasnya tertutup ,jadi dapatlah di kira-kira disamakan dengan dandang ditelungkupkan. Di antara nekara-nekara yang ditemukan di negeri kita hanya beberapa sejarah yang utuh. Bahkan yang bayak merupakan pecahan-pecahan belaka. Nekara yang paling tua perhiasannya berupa gambar-gambar orang,penari, dan prajurit, gambar binatang seperti kuda dan gajah, gambar perahu dan sebagainya. Yang banyak digunakan sebagai perhiasan adalah kedok atau gambar muka orang yang dianggap mempunyai kekuatan gaib. Tempatnya pada perut nekara. Bidang atas nekara disekitar gambar biantang diberi perhiasan simpai yang diisi dengan perhiasan ularan (slangvorming motief), sedang tepinya diberi perhiasan tangga. Sejalan dengan perubahan perhiasan,bentuk nekara juga mengalami bentuk perubahan. Nekara yang muda,kecil,dan ramping kalau dibandingkan dengan nekara-nekara yang tua.
Kapak perunggu
Benda perunggu lainnya yang tergolong penting adalah kapak perunggu. Keterangan pertama tentang kapak perunggu diterbitkan oleh Rumphius pada awal abad ke-18. Sejak pertengahan abad ke-19 mulai dilakukan pengumpulan dan pencatatan asal usulnya oleh Koninklijk Bataviaasch Genootschap. Kemudian penelitian ditingkatkan ke arah tipologi dan uraian distribusi, konsep religius mulai diterapkan berdasarkan bentuk dan pola-pola hasilnya. Secara tipologis kapak perunggu dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu kapak corong dan kapak upacara. Kemudian Heekeren mengklasifikasikan kapak ini menjadi kapak corong, kapak upacara dan tembilang atau tajak. Pembagian ini diperluas lagi oleh Soejono yang membagi kapak perunggu menjadi 8 tipe pokok dengan menentukan daerah   persebarannya.           
Bejana Perunggu
Di Indonesia ditemukan hanya dua bejana perunggu yaitu di Sumatra dan Madura. Bejana perunggu berbentuk bulat panjang seperti kepis atau keranjang untuk tempat ikan yang diikatkan di pinggang di kala orang mencari ikan. Bejana ini dibuat dari dua lempengan perunggu yang cembung, yang diletakkan dengan pacuk besi pada sisi-sisinya. Pola hias pada bejana ini tidak sama susunannya. Bejana yang ditemukan di kerinci (Sumatra) berukuran panjang 50,8 cm dan lebar 37 cm. sebagian lehernya sudah hilang. Bagian leher ini dihiasi dengan pola huruf J dan diantara pola ini terdapat pola anyaman. Bagian pinggang dan tepi dihiasi pola tumpal. Hiasan pada badan berupa pola huruf J dan pola anyaman. Pola huruf S terdapan di bagian tengah badan. Di dekat leher tampak logam berlekuk yang mungkin dipergunakan untuk menggantungkan bejana pada tali.
Beajana yang ditemukan di Asemjaran, Sampang (Madura) mempunyai ukuran tinggi 90 cm dan lebar 54 cm. hiasan pada leher terbagi atas tiga ruang, yaitu ruang pertama yang berisi lima buah tumpal berderet dan didalam pola ini terdapat gambar burung merak; ruang kedua yang berisi pola huruf J yang disusun berselang-seling tegak dan terbalik; dan ruang ketiga yang juga berisi pola tumpal berderet 4 buah.
Di dalam pola tumpal terdapat gambar seekor kijang. Bagian badan bejana dihias dengan pola hias spiral yang utuh dan terpotong, dan sepanjang tepinya dihias dengan tumpal. Sepanjang pegangan dihiasi dengan pola tali.
Patung perunggu
Patung-patung yang ditemukan di Indonesia mempunyai bentuk berbagai macam, seperti bentuk orang atau hewan. Patung yang berbentuk orang antara lain berupa penari penari yang bergaya dinamis. Sikap dari patung tersebut ada yang lurus atau melompat dengan tangan ditarik ke belakang, ke samping dan ke depan. Semua gerakan ini seakan-akan menunjukkan babak-babak sebuah tarian. Patung yang tergolong besar hanya berukuran kira-kira tingginya 9,4 cm dan lebar antara ujung-ujung kedua tangan kira-kira 4,8 cm. ada beberapa patung diantaranya berupa sepasang penari yang dihubungkan pada sebelah lengan, muka dan telinga serta lingkaran di atas kepala. Patung-patung tersebut ditemukan di Bakinang (Riau), dan gayanya memperlihatkan persamaan-persamaan degan gaya seni Zaman Besi Awal di Kaukasia.
Sebuah patung berbentuk hewan ditemukan di Limbangan (Bogor). Patung yang menggambarkan seekor kerbau ini berukuran panjang 10,9 cm dan tinggi7,2 cm. kaki kiri dan tanduk kiri telah hilang. Sebuah patung lain ditemukan di tempat yang sama menggambarkan kerbau yang sedang berbaring. Arca-arca perunggu berbentuk manusia dalam keadaan berdiri dengan sikap bertolak pinggang dengan kedua tangan di paha ditemukan di Boogor. Patung perempuan sedang menenun sambil menyusui anaknya ditemukan di Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, tetapi sudah dijual ke luar negeri.


Perhiasan Perunggu
Gelang dan cincin perunggu pada umumnya tanpa hiasan, tetapi ada juga yang dihias dengan pola geometris atau pola bintang. Bentuk-bentuk yang kecil mungkin hanya dipergunakan sebagai alat penukar atau benda pusaka. Gelang yang mempunyai hiasan pada umumnya besar dan tebal. Pola hias pada gelang-gelang ini berupa pola-pola tumpal, garis, tangga dan duri ikan. Pola hias lain adalah spiral yang disusun membentuk kerucut. Mata cincin yang berbentuk seekor kambing jantan ditemukan di Kedu (Jawa tengah). Bentuknya mirip dengan bentuk hewan dari gaya seni Ordos (Mongolia). Gelang dan cincin perunggu ini ditemukan hamper di semua daerah perkembangan budaya perunggu di Indonesia.
Senjata dan benda-benda perunggu lainnya
Senjatadanbenda-benda perunggu lainnyaantara lain sebagai berikut.
-          Ujung tombak berbentuk daun dengan tajaman pada kedua sisinya, terutama ditemukan di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
-          Belati ditemukan di Prajekan (Jawa Timur) dan Bajawa (Flores). Belati dari Prajekan bermata besi sedangkan gagangnya dibuat dari perunggu. Belati dari Flores merupakan sebuah belati yang seluruh gagang dan matanya dituang dari perunggu.
-          Mata pancing ditemukan di Gilimanuk (Bali) dan Plawangan (Jawa Tengah). Ikat pinggang berpola geometris berupa lingkaran tangen ditemukan di Prajekan (Jawa Timur).
-          Penutup lengan ditemukan di sekitar Danau Kerinci (Sumatra Barat) dan Tamanbali (Bali).
-          Slinder-slinder kecil dari perunggu yang merupakan bagian dari kalung, masing-masing berukuran panjang 2,3 cm dengan garis tengah 1,1 cm. Disetiap ujung silinder terdapat bentuk kepala kuda, burung atau kijang. Benda-benda ini ditemukan di Malang (Jawa Timur)
-          Kelintingan (bel) kecil dari perunggu berbentuk kerucut dengan celah di sisinya, dan sebuah alat penjabut janggut yang sederhana berbentuk huruf U. keduanya ditemukan di Sarkofagus (Bali)

Gerabah
Dalam masa perundagian, pembuatan gerabah telah mencapai tingkat yang lebih maju dari masa sebelumnya, Daerah penemuannya kaya akan ragamnya, Tampak sekali peranan dan fungsinya dalam masyarakat akan alat-alat gerabah yang tidak dapat dengan mudah di gantikan oleh yang di buat dengan logam (perunggu atau besi), Bukti-bukti yang di temukan dalan ekskavasi-ekskavasi arkeologi memberikan petunjuk bahwa alat-alat dan benda-benda di buat dari logam hanya mengeser kedudukan alat-alat batu.Gerabah sering ditemukan di tempat-tempat yang menghasilkan benda-banda perunggu dapat diangap memiliki nilai praktis di dalam masyarakat.
Ditinjau daricorak gerabahnya yang sudah jelas menunjukan tingkat yang lebih maju, gerabah melolo dapat di golongkan sebagai kompleks gerabah yang berkembang pada masa perundagian. Pada umumnya gerabah du buat untuk kepentingan rumah tangga akan tetati dalam upacara keagamaan gerabah dapat di gunakan sebagai wadah kubur, bekal kubur, atau peralatan upacara.
Peningalan prasejarah yang di temukan di pasir angin berasal dari masa perundagian di daerah pedalaman jawa barat.pasir angin berhubungan dengan pemujaan nenek moyang mereka pada masyarakat megalitik, tulang-tulang manusia tidak ditemukan dalam ekskavasi-ekskavasi di pasar angin. pengalian tahun 1970, 1971, 1972, 1973, dqn 1975 oleh lembaga purbakala dan peninggalan nasional (LPPN) ternyata menemukan situs baru  tentang corak kepercayaan pada masa perundagian di daerah jawa barat.           

Manik-manik
Menurut Encyclopedia Americana (Vol. 3, 1967: 394-395) manic-manik yang dalam bahas ingris disebut “beads” berasal dari bahasa ingris tengah “bede” yang berarti “prayer” (“Objeck of worship” = benda untuk memuja)awalnya manik-manik di hubungkan dengan benda berkekuatan gaib/jimat yang berhubungan dengan religi dan upacara. Manik-manik juga dihubungkan dengan perdagangan. Di Indonesia, pemakian manik-manik umum sekali, pada tingkat kehidupan gua-gua, manik-manik di buat dari kulit kerang.pada tingkat perundagian ini manik-manik di buat dari bermacam-macam bahan dengan berbagia bentuk dan warna, dari batu akik, kaca dan tanah liat yang di bakar.

Kehidupan Sosial dan Ekonomi
Pada masa perundagian manusia di Indonesia di desa-desa di daerah pegunungan,dataran rendah,dan tepi pantai dalam tata kehidupan yang terpimpin. Bukti-bukti dari adanya tempat-tempat yang berkembang pada masa itu tersebar antara lain Sumatra,Jawa,Sulawesi,Bali,Sumba,serta terdapat di pulau-pulau lainnya di Nusa Tenggara Timur dan Maluku.di tempat-tempat itu ditemukan sisa-sisa benda perunggu,besi,gerabah.sisa-sisa ini merupakan peninggalan dari penghidupan yang sudah maju tingkatannya.melalui evakuasi di beberapa tempat telah ditemukan pula sisa-sisa bahan makanan (kerang,ikan,babi,dan sebagainya) dan rangka-rangka manusia yang merupakan bukti bahwa penguburan mayat dilakukan di sekitar tempat tersebut.
Melalui data dari perunggu-perunggu dapat di simpulkan bahwa rumah orang-orang merupakan rumah bertingkat tiang dengan atap melengkung,biasanya kolongnya merupakan tempat ternakdan rumah semacam ini didiami oleh beberapa keluarga. Kemajuan yang dicapai dalam bidang tenologi  yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan kehidupan serta adanya surplus dalam memenuhi keperluan hidup itu meningkatkan jumlah penduduk di mana-mana.Timbullah desa-desa besar yang merupakan gabungan dari kampung-kampung kecil. Dalam tata kehidupan yang teratur berburu binatang merupakan sebagian dari mata pencaharian juga dimaksudkan untuk menunjukkan keberanian dan kegagahan.perburuan dilakukan dengan menggunakan tombak,panah,dan jerat.
Anjing digunakan untuk mengeejar dan membingungkan binatang yang diburu. Pertanian atau perladangan merupakan lahan percaharian yang tetap. Untuk menyempurnakan usaha pertanian diciptakan alat-alat dari logam,terutama untuk pengolahan sawah. Untuk menjaga tanah supaya teteap subur pada waktu tertentu,diadakan upacara-upacara yang melambangkan permintaan kesuburan tanah dan kesejahteraan masyarakat.
Kehidupan Sosial-Budaya
Seni ukir yang diterapkan pada benda-benda megalitik dan seni hias pada benda-benda perunggu mengambarakan penggunaan pola-pola geometris sebagai pola hias utama. Selain berkembangnya berbagai variasi dalam pembuatan benda-benda dalam pola hias,terdapat kecenderungan yang bersiafat simbolis dan abstrak-statistis.
Yang sangat menonjol pada masa perundagian ini adalah kepercayaan kepada pengaruh arwah nenek moyang terhadap perjalanan manusia dan masyarakatnya.karena itu arwah nenek moyang harus selalu diperhatiakn dan dipuaskan melalui upacara-upacara. Demikian juga kepada orang yang meninggal penguburan orang yang meninggal dilaksanakan dengan cara langsung (primer) dan tidak langsung (sekunder).

Previous
Next Post »

MAKALAH PERANAN PERS, FUNGSI DAN PERAN SERTA PERKEMBANGAN PERS DALAM PERTUMBUHAN INDONESIA

KATA PENGANTAR Pertama-tama perkenankanlah kami selaku penyusun makalah ini mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sehi...