BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Alam semesta diciptakan
oleh Allah sebagai tempat berlangsungnya kehidupan dan sebagai tanda dari
kekuasaan Allah. Bahwa Allah berada di atas seluruh ciptaannya, Allah adalah
satu-satunya Tuhan dan tidak bersandar kepada apa pun yang ada di alam ini.
Allah merancang alam serta ciptaannya
untuk kepentingan manusia.Namun,bukan untuk menaklukkan seluruh alam
semesta,akan tetapi menjadikannya sebagai fasilitas dan sarana ilmu pengetahuan
yang dapat dikembangkan dari potensi manusia yang sudah ada sejak ajali.
Alam semesta adalah media pendidikan
sehingga manusia dapat mempelajari segala macam ilmu baik tersirat mau pun
tersurat.Mempelajari apa sebenarnya fungsi,tujuan dan manfaat alam semesta bagi
manusia melalui pendalaman kejadian dan awal proses alam semesta ada.
Di alam semesta ini,manusia tidak dapat
hidup sendiri tanpa komponen lain karena antara manusia dan alam semesta saling
membutuhkan dan saling melengkapi satu sama lain.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas,maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut. Bagaimana hakikat alam dalam kehidupan manusia
menurut islam ?
Dan berdasarkan rumusan masalah di atas,
maka penulis mengambil judul “KONSEP
ISLAM TENTANG MANUSIA DAN KEHIDUPANNYA”.
1.3
Tujuan
Ada pun tujuan kami dalam pembuatan
makalah ini adalah :
1.Memenuhi tugas dari Dosen;
2.Memberikan pengetahuan kepada pembaca
tentang hakikat alam dalam kehidupan manusia menurut islam;
3.Menambah wawasan baik pembaca mau pun
penulis tentang hakikat alam dalam kehidupan manusia menurut islam;
4.sebagai sarana pelatihan dalam
melakukan penelitian suatu objek dan penyusunan makalah agar dapat bermanfaat
bagi pendidikan selanjutnya.
1.4 Tinjauan Pustaka
Dalam pembuatan makalah ini,kami
menggunakan metode pengambilan data dari buku-buku (refrensi).Cara ini kami
gunakan agar informasi yang kami dapatkan lebih akurat,dan tidak hanya itu,kami
juga mengambil beberapa informasi dari internet.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Alam
2.1.1
Pengertian Alam
Istilah alam yang biasa
kita pakai adalah alam semesta,jagat raya,universe (inggris).Alam dalam
pandangan Filsafat Pendidikan Islam dapat dijelaskan bahwa alam berasal dari
bahasa arab ‘alam yang seakar dengan ‘ilmu (pengetahuan) dan
‘alamat(pertanda).Ketiga istilah tersebut mempunyai korelasi makna.Alam sebagai
ciptaan Tuhan merupakan identitas yang penuh hikmah.Dengan memahami
alam,seseorang akan memperoleh pengetahuan.Dengan pengetahuan itu,orang akan
mengetahui tanda-tanda atau alamat akan adanya Tuhan.
Istilah alam dalam
Al-Qur’an datang dari bentuk jamak ‘alamiina, disebut sebanyak 73 kali yang
termaktub dalam 30 surat. Pemahaman kata ‘alamin, merupakan bentuk jamak dari
keterangan Al-Qur’an yang mengandung berbagai interpretasi pemikiran bagi manusia.[1]
Dalam bahasa
latin,dunia atau alam semesta disebut dengan cosmos.Sedangkan ilmu tentang alam
dunia disebut cosmologi dan teori tentang penciptaan alam semesta disebut
cosmogony. Cosmogoni berasal dari bahasa yunani kosmos (dunia, alam raya) dan
gignesthai (lahir). Terkadang digunakan sebagai sinonim dengan kosmogoni.
Berikut beberapa pengertian tentang
kosmogoni :
1.Teori tentang asal mula alam semesta. Dapat
diungkapkan dalam bentuk mitos, spekulasi, atau ilmu pengetahuan;
2.Penelitian sistematis tentang asal
usul alam semesta;
3.Cabang-cabang astronomi yang mencari
tahu asal-usul dan perkembangan benda-benda langit beserta sistem-sistemnya;
4.Istilah ini mengacu pada
uraian,kisah,laporan tentang asal dunia, dan berlaku sama untuk uraian-uraian
spekualatif para astronom modern, dan laporan mitis yang kurang canggih.[2]
Bagi kaum katalog,mendefinisikan alam
sebagai “segala sesuatu selain Allah”.Bagi filosof Islam,alam didefinisikan
sebagai kumpulan maddat (materi) dan shurat (bentuk) yang ada di muka bumi dan
di langit.Sedangkan menurut perspektif Al-Qur’an,alam adalah kumpulan yang
sejenis dari makhluk Tuhan yang berakal atau memiliki sifat-sifat yang
mendekati makhluk berakal.
2.1.2
Asal Mula Alam Semesta
Mengenai asal mula alam
semesta Allah telah menjelaskan di dalam
Al-Qur’an surat Al-Anbiya ayat 30 yang artinya sebagai berikut :
"Dan apakah orang-orang yang kafir
tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah sesuatu
yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan daripada air Kami
jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga yang
beriman?"
Keterangan yang
diberikan Al-Qur’an ini bersesuaian penuh dengan penemuan ilmu pengetahuan masa
kini.Kesimpulan yang di dapat astrofisika saat ini adalah bahwa keseluruhan
alam semesta,beserta dimensi materi dan waktu,muncul menjadi ada sebagai hasil
dari suatu ledakan raksasa yang terjadi dalam sekejap.Peristiwa ini dikenal
dengan istilah “Bing Bang”,membentuk keseluruhan alam sekitar 15 milyar tahun
lalu.Jagat raya tercipta dari suatu ketiadaan sebagai hasil dari ledakan satu
titik tunggal.Kalangan ilmuan modern menyetujui bahwa Bing Bang merupakan
satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan mengenai asal mula
alam semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi ada.Dari ayat tadi dapat
diketahui bahwa bumi dan langit serta semesta raya itu diciptakan,tidak muncul
secara kebetulan.[3]
2.1.3
Penciptaan Alam Semesta
Al-Qur’an telah
menjelaskan bahwa sebenarnya seluruh kejadian di alam semesta ini,sudah terjadi
dan kejadiannya mengikuti segala rencana dan konsep yang sudah tertera di
dalamnya.Gambaran jelasnya,bahwa semua proses alam semesta ini mengikuti dan
merujuk pada segala yang tertuang dalam
Al-Qur’an.
Dengan kata
lain,kejadian dunia ini adalah sebagai “cermin manifestasi” dan “kenyataan
lahir” dari rencana Allah yang sebenarnya telah diberitahukan kepada manusia
lewat Al-Qur’an,sebelum kejadian tersebut terjadi,dengan tidak ada tekanan
apakah manusia mau atau tidak memahaminya.
AL-Rasyidin
mengungkapkan bahwa Allah Swt menciptakan alam semesta ini tidak sekaligus atau
sekali jadi,akan tetapi melalui beberapa tahapan,masa atau proses.Dalam
sejumlah surah,Al-Qur’an selalu menggunakan istilah fi sittah ayyam,yang dapat
diterjemahkan dalam arti enam hari,enam masa,enam periode.Ada pun ayat yang
menjelaskan tersebut adalah Al-Araf : 54.
“Sesungguhnya Tuhan kamu adalah yang
menciptakan langit dan bumi dalam enam masa.Kemudian dia bersemayam di atas
‘Arst untuk mengatur segala urusan.Tiada seorang pun yang akan memberi syafa’at
kecuali sesudah ada izin-Nya.(Dzat) yang demikian itu adalah Allah,Tuhan
kamu.Maka sembahlah dia.Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?”
Dari keterangan panjang di atas,mengenai
penciptaan alam semesta alam semesta ini,maka Al-Qur’an telah menerangkan bahwa
alam diciptakan oleh Allah Swt melalui tahapan dan proses dan tidak terjadi
sekaligus.Dalam hal ini penulis mengambil kesimpulan bahwa :
1.Alam semesta diciptakan oleh Allah
secara bertahap dan berproses;
2.Penciptaan alam semesta terbentuk
melalui enam masa atau enam hari atau enam periode.[4]
2.1.4
Tujuan Penciptaan Alam Semesta
Dalam perspektif Islam,
tujuan penciptaan alam semesta pada dasarnya adalah sarana untuk menghantarkan manusia
pada pengetahuan dan pembuktian tentang keberadaan dan kemahakuasaan Allah
Swt.Keberadaaan alam semesta merupakan petunjuk yang jelas tentang keberadaaan
Allah Swt. Oleh karena itu,dalam mempelajari alam semesta, manusia akan sampai
pada pengetahuan bahwa Allah Swt adalah Zat yang menciptakan alam semesta.
Omar menjelaskan bahwa alam semesta
tercipta diperutukkan untuk manusia sebagai penerima amanah dengan menjadi
khalifah di muka bumi ini. Alam dapat menjadi sumber ilham melalui potensi akal
yang diberikan Allah swt kepada manusia untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan
hakikat-hakikat yang terdapat di dalam alam semesta ini.Lebih lanjut beliau
menjelaskan bahwa manusia akan memperoleh manfaat dan keuntungan yang amat
besar apabila manusia tersebut mampu dan mengerti dalam memanfaatkan apa saja
yang terdapat di alam semesta ini.
Al-qur`an dalam hal ini
menjelaskan bahwa penciptaan alam semesta bertujuan bukan menjadi seteru bagi
manusia, bukan menjadi penghambat manusia dalam berpikir dan berkembang, juga
bukan menjadi musuh manusia, akan tetapi alam semesta diciptakan oleh Allah Swt
untuk bekerjasama dengan manusia dengan menggunakan alam sebagai sumber dan
mediasi untuk mendapatkan respon ilmu, yang dapat membantu mereka dalam
menjalankan amanah yang telah diberikan Allah Swt sebagai khalifah dalam
menjalankan roda kehidupan dan serta dalam menjalankan kemaslahatan umat
manusia seluruhnya.Kemudian juga di terangkan bahwa alam semesta merupakan
ladang ilmu bagi manusia yang darinya dapat diperoleh berbagai manfaat dalam
memenuhi segala kebutuhan manusia yang pada akhirnya manusia itu akan dituntut
untuk dapat mensyukuri atas apa-apa yang mereka peroleh dan mereka nikmati dari
pemberian Allah swt. Hal ini terlihat dari firman Allah swt dalam surat an-nahl:14
yaitu:
“Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan
lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan),
dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu
melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari
karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur”.
Untuk lebih jelas bagaimana hakikat dari
tujuan serta fungsi penciptaan alam semesta adalah sebagai berikut:
1. Penciptaan alam semesta bertujuan
untuk memperlihatkan kepada manusia bahwa Allah swt adalah Maha Pencipta
seluruh alam dengan segala kemuliaanNya dan segala kekuasaanNya (Q.S Al-Dukhan
: 38-39);
2. Al-qur`an secara tegas menyatakan
bahwa tujuan penciptaan alam semesta ini adalah untuk memperlihatkan kepada
manusia akan tanda-tanda keberadaan dan kekuasaan Allah Swt ( Q.S Fushshilat :
53);
3.Alam semesta diciptakan sebagai bahan
dan sumber pelajaran serta pengamatan bagi manusia untuk menggali khazanah
rahasia Allah Swt dengan akal dan pengamatan untuk dapat menyumbangkan suatu
kebajikan dan faedah manusia seluruhnya yang pada akhirnya manusia akan
memahami apa hakikat diciptakannya alam (Q.S Yunus : 4);
4.Alam semesta diciptakan Allah Swt
untuk kepentingan manusia, untuk memenuhi kebutuhan manusia selama hidup di
permukaan bumi ini.(Q.S Ibrahim : 33);
5.Alam semesta ini diciptakan bertujuan
untuk menunjuk manusia sebagai Khalifah yang mengemban amanah dari Allah.(Q.S
Al-baqarah: 30).[5]
2.2 Manusia
2.2.1 Pengertian Manusia
Manusia dalam bahasa
inggris disebut man .Arti dasar dari kata ini tidak jelas tetapi pada dasarnya
dapat dikaitkan dengan mens (latin) yang berarti “ada yang berfikir”.Demikian
halnya arti kata anthropos (yunani) tidak begitu jelas.Semula anthropos berarti
“seseorang yang melihat ke atas”.Sekarang kata ini di pakai untuk mengartikan
“wajah manusia”.Dan akhirnya homo bahasa latin yang artinya “orang yang
dilahirkan di atas bumi”.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia
manusia diartikan sebagai “makhluk yang berakal budi” (mampu mengusai makhluk
yang lain).Sedangkan menurut Endang Saifuddin Anshari manusia adalah hewan yang
berfikir.Berfikir adalah bertanya.Bertanya adalah mencari jawaban.Mencari
jawaban adalah mencari kebenaran.Mencari jawaban tentang
Tuhan,alam,manusia,artinya mencari kebenaran tentang Tuhan,alam dan
manusia.Jadi,pada akhirnya manusia adalah makhluk pencari kebenaran.
Al-Qur’an
memperkenalkan tiga kata istilah yang digunakan untuk untuk menunjuk pengertian
manusia.Ketiga kata tersebut adalah al-basyar,al-insan dan an-nas.Ahmad tafsir
memasukkan bani Adam sebagai istilah yang digunakan untuk menunjuk pengertian
manusia.Meski pun kenyataannya menunjuk arti pada manusia.[6]
Al-insan memiliki akar
kata nasiya bermakna lupa.kata Al-Insan disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 73
kali yang disebut dalam 43 surat.Quraish Shihab memakai kata al-Insan sebagai
semua manusia.Kata al-Insan juga dapat menunjukkan pada proses kejadian
manusia.Jika ditinjau lebih jauh dan mendalam maka penggunaan kata al-Insan
mengandung 2 dimensi.Pertama ,dimensi tubuh (dengan berbagai
unsurnya).Kedua,dimensi spiritual (ditiupkan roh kepada manusia).Dengan
demikian kedua dimensi tersebut,memberikan suatu penegasan bahwa kata al-Insan
mengandung makna keistimewaaan manusia.
Sedangkan basyar merupakan bentuk jamak
dari kata basyarah bermakna kulit,kepala,wajah dan tubuh yang menjadi tempat
tumbuhnya rambut (abudin nata,2005:82-83).Dengan demikian,kata basyar selalu
mengacu kepada manusia dari aspek biologis,seperti mempunyai bentuk tubuh,makan
dan minum,dan lain-lain.
Kata an-Nas disebutkan
dalam Al-Qur’an sebanyak 241 kali yang tersebar dalam 53 surat (Abuddin
Nata,2005:82-83).Kata an-Nas menunjukkan pada hakikat manusia sebagai makhluk
sosial.
Sedangkan penggunaan
nabi Adam karena manusia merupakan turunan nabi Adam as.Manusia dan nabi pertama
yang diciptakan Allah Swt adalah Adam as.dijuluki sebagai abu basyar (nenek
moyang manusia).
Sedangkan menurut Ibnu
Khaldun manusia adalah “makhluk sosial,yang mengandung arti bahwa seorang
manusia tidak dapat berdiri sendirian dan eksistensinya tidaklah terlaksana
kecuali dengan kehidupan bersama.Dia tidak akan mampu menyempurnakan eksistensi
dan mengatur kehidupannya dengan sempurna secara sendirian.Benar-benar sudah
menjadi wataknya,apabila manusia butuh bantuan dalam memenuhi kebutuhannaya”.
2.2.2
Penciptaan Manusia
Menurut Al-Qur’an,manusia adalah ciptaan
Allah yang terdiri dari air,tanah,debu,tanah liat,sari pati tanah,sari pati air
yang hina dan tanah hitam seperti tembikar.Dari berbagai perspektif ayat
tersebut dapat dipahami bahwa manusia terdiri dari 2 unsur yaitu tanah dan air.
Manusia diberikan oleh Allah
kelebihan.Kelebihan manusia adalah :
1.Dijadikan Allah sebagai khalifah
(wakil) di bumi;
2.Dimuliakan oleh Allah dan diberi
kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lain;
3.Diberi alat indara dan akal;
4.Tempat tinggal yang baik dibandingkan
dengan makhluk lain dan diberi rezeki;
5.Memiliki proses regenerasi yang
teratur melalui perkawinan;
6.Diberi daya berusaha dan usahanya
dihargai.
Ada pun kelemahan manusia ialah sebagai berikut
:
1.Manusia memiliki kecenderungan nakal;
2.Manusia itu sombong,tidak mau
berterima kasih,dan mudah putus asa;
3.Manusia ituu senamg mencelakakan
dirinya sendiri;
4.Manusia itu senang membantah;
5.Manusia itu bersifat tergesa-gesa;
6.Manusia itu pelit;
7.Manusia itu adalah makhluk yang suka
mengeluh;
8.Manusia itu mempunyai kecenderungan
untuk berbuat maksiat terus-menerus dan bertindak melampai batas.
Al-Qur’an juga menjelaskan bahwa manusia
memiliki fitrah.Fitrah ialah potensi.Potensi manusia adalah sebagai berikut :
1.Sebagai makhluk sosial;
2.Sebagai makhluk yang ingin beragama;
3.Manusi itu mencintai wanita dan
anak-anak;
4.Manusia itu mencintai harta benda yang
banyak dari emas dan perak;
5.Mencintai kuda-kuda pilihan (kendaraan
di zaman sekarang);
6.Mencintai ternak dan sawah ladang.
Selain fitrah di atas ,manusia memiliki
fitrah yang positif yaitu yang mengajak kepada kebaikan.Disamping fitrah
manusia juga memiliki iman.Iman bukan di kepala atau jasmani.Sejauh ini
peneliti barat juga yang tekah sampai pada temuan tertentu tentang ini.Mereka
mengatakan bahwa kesejatian manusia adalah emosi (maka EQ seseorang haruslah
tinggi),ada juga yang kelihatannya lebih mau dengan mengatakan inti manusia
adalah spirit maka SQ seseorang haruslah tinggi.
Dalam Islam,potensi yang dimiliki
manusia banyak ragamnya.Abdul Mujib (2006:53-63) menguraikan potensi bawaan
manusia,antara lain :
1.Al-Fitrah ( sifat alamiah );
2.Struktur Manusia;
3.Al-Hayyan ( vitality );
4.Al-Khulukq ( karakter );
5.Al-Sajiah ( keahlian atau bakat );
6.Al-amal ( prilaku ).[7]
2.2.3
Tujuan Hidup Manusia
Allah menciptakan alam
semesta (termasuk manusia) tidaklah dengan palsu dan sia-sia (QS. As-Shod ayat
27). Segala ciptaan-Nya mengandung maksud dan manfaat. Oleh karena itu, sebagai
makhluk yang paling mulia, sekaligus sebagai khalifah di muka bumi, manusia
harus meyadari terhadap tujuan hidupnya. Dalam konteks ini, al-Qur’an
menjelaskan, bahwa manusia memiliki bebrapa tujuan hidup, diantaranya adalah
sebagai berikut :
a. Menyembah Kepada Allah (Beriman)
Keberadaan manusia di
muka bumi ini bukanlah ada dengan sendirinya. Manusia diciptakan oleh Allah
dengan dibekali potensi dan infrastruktur yang sangat unik. Keunikan dan
kesempurnaan bentuk manusia ini bukan saja dilihat dari bentuknya, akan tetapi
juga dari karakter dan sifat yang dimiliki oleh manusia. Sebagai ciptaan,
manusia dituntut memiliki kesadaran terhadap posisi dan kedudukan dirinya di
hadapan Tuhan. Dalam konteks ini, posisi manusia dihadapan Tuhan adalah
bagaikan “hamba” dengan “majikan” atau “abdi” dengan “raja”, yang harus
menunjukan sifat pengabdiaan dan kepatuhan.
Sebagai agama yang haq,
Islam menegaskan bahwa posisi manusia di dunia ini adalah sebagai ‘abdullah
(hamba Allah). Posisi ini menunjukan bahwa salah satu tujuan hidup manusia di
dunia adalah untuk mengabdi atau beribadah kepada Allah. Yang dimaksud dengan
mengabdi kepada Allah adalah taat dan patuh terhadap seluruh perintah Allah,
dengan cara menjalankan seluruh perintah-perintah-Nya dan menjauhi seluruh
larangan-Nya dalam segala aspek kehidupan. Dalam hal ini, Allah Swt.
menjelaskan dalam firman-Nya, bahwa tujuan hidup manusia adalah semata-mata
untuk mengabdi (beribadah) kepada-Nya (QS. Adz-Dzariyat ayat 56 dan QS.
Al-Bayyinah ayat 5)
b.
Memanfaatkan Alam Semesta (Beramal)
Manusia adalah puncak
ciptaan dan makhluk Allah yang tertinggi. Sebagai makhluk tertinggi, disamping
menjadi hamba Allah, manusia juga dijadikan sebagai khalifah atau wakil Tuhan
dimuka bumi (QS. al-Isra’ ayat 70). Di samping itu, Allah juga menegaskan bahwa
manusia ditumbuhkan (diciptakan) dari bumi dan selanjutnya diserahi untuk
memakmurkan. Dengan demikian, seluruh urusan kehidupan manusia dan eksistensi
alam semesta di dunia ini telah diserahkan oleh Allah kepada manusia.
Berdasarkan uraian di
atas, maka sangat jelas bahwa dalam kehidupannya manusia memiliki tujuan untuk
memakmurkan alam semesta. Implementasi tujuan ini dapat diwujudkan dalam bentuk
mengambil i’tibar (pelajaran), menunjukan sikap sportif dan inovatif serta
selalu berbuat yang bermanfaat untuk diri dan lingkungannya. Dalam konteks
hubungannya dengan alam semesta, dalam kehidupannya manusia memiliki tujuan
untuk melakukan kerja perekayasaan agar segala yang ada di alam semesta ini
dapat bermanfaat bagi kehidupannya. Dengan kata lain, tujuan hidup manusia yang
semacam ini dapat dikatakan dengan tujuan untuk “beramal”.
c.
Membentuk Sejarah Dan Peradaban (Berilmu)
Tujuan hidup manusia
menurut al-Qur’an di muka bumi ini adalah melakukan penyelidikan terhadap alam,
agar dapat dimengerti hukum-hukum Tuhan yang berlaku di dalamnya, dan
selanjutnya manusia memanfaatkan alam sesuai dengan hukum-hukumnya sendiri,
demi kemajuan sejarah dan peradabannya.
Manusia harus selalu iqra’ atau membaca
alam semesta. Dengan kata lain, manusia harus menjadikan alam semesta sebagai
media mengembangkan ilmu dan pengetahuannya. Oleh karena itu, tujuan manusia
membentuk sejarah dan peradaban ini dapat dikatakan sebagai tujuan menjadi
manusia yang “berilmu”.[8]
2.3 Hubungan Manusia dan Alam
Manusia dilakhirkan di
atas dunia.Ia berada di dalam dunia.Akan tetapi beradanya manusia di dalam
dunia ini lain artinya dengan air di dalam gelas.Air dalam gelas adalah dua hal yang terpisah.Akan
tetapi manusia di dalam dunia menyatu dengan dunia.Manusia merupakan kesatuan
dengan dunia.Manusia tak dapat dipisahkan dari alam dunia.Hal ini berarti
manusia bukan pribadi dari alam sekitarnya,melainkan bersama-sama dengan
sekitarnya,baik sekitar fisik ,terutama sekitar sosial.Hubungan manusia dengan sekitar
fisik dan sosial ini bersifat kausal (sebab akibat).Pada satu sisi manusia
menimbulkan perubahan alam sekitar,tetapi pada sisi yang lain,manusia
dipengaruhi oleh alam sekitar.Faktor geografis, iklim, flora, dan fauna
berpengaruh pada pembentukan pribadi manusia yang tinaggal di tempat itu.Namun
dengan tangannya manusia pun mampu mengubah alam sekitar dan benda-benda alam
menjadi barang-baraabg yang berguna bagi kehidupannya.Dengan potensi
rohaninya,cipta,rasa dan karsanya manusia menciptakan berbagai barang yang
berarti bagi hidupnya dan membudayakan diri dan alam sekitarnya.Ilmu
pengetahuan dan teknolaogi adalah merupakan karya-karya manusia yang sangat
penting.Makin maju cara berfikir manusia, akan maju pula ilmu dan teknologinya
dan dengan demikian akan makin maju diri dan masyarakatnya.Dengan begitu,alam
sekitar makin dapat dikontrol dan dikendalikan oleh manusia.Jadi, manusia tidak
lagi sangat bergantung pada alam.Tetapi,justru sebailiknya manusialah yang
mengendalikan alam sekitarnya.
Demikian pula
sebaliknya,makin sederhana cara berfikir manusia,mereka makin tergantung pada
alam sekitar.Seperti dapat kita lihat pada masyarakat yang masih primitif.Hidup
mereka masih sangat tergantung pada alam sekitar.
Ada masyarakat yang maju dan ada yang
tidak.Hal ini dapt terjadi karena pada manusia secara kodrati mempunyai
potendi-potensi yang hanya bisa berkembang bila ada rangsangan-rangsangan dari
sekitar sosial ini,maka potensi-potensi untuk berfikir ,berkreasi berbudaya dan
sebagainya dapat berkembang.
Dari hubungan timbal
balik dengan orang-orang sekitarnya,maka terjadilah rangsangan-rangsangan yang
dapat memperkembangkan potensi-potensi alamiah manusia.Hasil dari proses
ini,manusia dapat berbudaya,berkarya dan mencipta.Begitu pula masyarakat baru
dapat berbudaya atau berkarya setelah mengadakan pergaulan dengan jenis-jenis
masyarakat yang lain,dalam rangka menciptakan kebudayaan yang lebih besar,yang
dapat dinikmati oleh lingkungan yang lebih luas[9].Berkat hubungan dengan
sekitar,manusia dapat berkembang.Anak-anak tumbuh menjadi dewasa,masyarakat
yang sederhana dan terbelakang menjadi masyarakat yang kompleks dan maju.
Berdasarkan atas
berbagai potensi-potensi kodrati manusia yang dapat berkembang dan untuk
menguasai serta mengelola alam sekitarnya,maka para ahli pikir dan ahli
filsafat memberikan sebutan pada manusia sesuai dengan kemampuan yang dapat
dilakukan manusia di dunia ini.
Sebutan-sebutan itu ialah[10] antara
lain :
1. Homo sapiens ;
2. Animal rational ;
3. Homo laquen ;
4. Homo faber atau tool making animal ;
5. Zoon politicon ;
6. Homo economicus ;
7. Homo religious.
2.4 Pandangan Islam Tentang Alam dan Kedudukan
Manusia
2.4.1
Pandangan Islam Tentaang Alam
Berpegang pada
dalil-dalil Al-Qur’an yang ada,maka alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan
adalah untuk kepentingan manusia dan untuk dipelajari manusia agar manusia
dapat menjalankan fungsi dan kedudukannya sebagai manusia di muka bumi ini.
Firman Allah dalam Al-Qur’an yang
artinya :
“Dia yang menjadikan bumi bagimu dengan
mudah kamu jalani,sebab itu berjalanlah kamu pada beberapa penjurunya dan
makanlah rezeki Allah dan kepada-Nya tempat kembali”.(Q,S Al-Mulk : 15).
Firman Allah lagi yang artinya :
“Dialah (Allah) yang telah menjadi
sekalian yang ada di bumi ini untuk kamu....(Q.S Al-Baqoroh : 29).
Dari ayat-ayat suci Al-Qur’an tersebut
di atas,jelas bahwa Tuhan mencitakan manusia untuk hidup di muka bumi ini
dengan disertai bekal yang cukup demi kelangsungan hidupnya,yaitu segala
sesuatu di alam ini diciptakan untuk kepentingan manusia.
2.4.2
Kedudukan Manusia
a. Sebagai pemanfaat dan penjaga
kelestarian alam.
Tuhan telah melengkapi manusia dengan
potensi-potensi rohaniah yang lebih dari makhluk hidup lain,terutama potensi
akal,makaa pada manusia juga dibebani tugas,disamping tugas untuk memanfaatkan
alam ini dengan sebaik-baiknya juga tugas untuk memelihara dan melestarikan
alam ini dan dilarang untuk merusaknya.
b. Sebagai peneliti alam dan dirinya
untuk mencari Tuhan.
Allah memerintahkan pada manusia agar
menggunakan akalnya,untuk mempelajari alam semesta dan dirinya sendiri,kecuali
untuk kemanfaatan hidupnya,juga untuk dapat menggunakan nama Tuhannya yang
telah menciptakan dirinya (beriman kepada Allah).
c. Sebagai khalifah (penguasa) di muka
bumi.
Manusia diberi kedudukan oleh Tuhan
sebagai penguasa atau pemimpin,pengatur kehidupan di muka bumi ini.( Q,S
Al-An’am : 165).
d.
Sebagai makhluk yang paling tinggi dan paling mulia.
e.
Sebagai hamba Allah.
Kedudukan sebagai hamba Allah ini memang
menjadi tujuan Allah menciptakan manusia dan makhluk-makhluk lainnya.
f. Sebagai makhluk yang bertanggung
jawab.
Setelah dengan kemampuan akal manusia
meneliti dunianya dan dirinya sendiri,dan kemudian mengerti bahwa hakikat
diciptakannya manusia dan alam semesta ini semata-mata untuk menyembah kepada
Tuhan,maka sebagai konsekuensinya diberikan kedudukan yang istimewa oleh Tuhan pada manusia.Maka
manusia juga dituntut untuk bertanggung jawab terhadap apa-apa yang telah
dilakukan di atas dunia ini,kelak di akhirat.
g. Sebagai makhluk yang dapat dididik
dan mendidik.[11]
BAB
II
KESIMPULAN
DAN SARAN
3.1
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas
dapat disimpulkan bahwa alam semesta tercipta diperutukkan untuk manusia
sebagai penerima amanah dengan menjadi khalifah di muka bumi ini untuk
mengatur, menjaga, dan memelihara alam ini. Alam dapat menjadi sumber ilham
melalui potensi akal yang diberikan Allah swt kepada manusia untuk mendapatkan
ilmu pengetahuan. Alam semesta diciptakan untuk memperlihatkan kepada manusia
bahwa Allah swt adalah Maha Pencipta seluruh alam dengan segala kemuliaanNya
dan segala kekuasaanNya serta untuk memperlihatkan kepada manusia akan
tanda-tanda keberadaan Allah Swt. Alam semesta juga diciptakan oleh Allah untuk
memenuhi kebutuhan manusia selama hidup di permukaan bumi ini dan sebagai bahan
dan sumber pelajaran serta pengamatan bagi manusia untuk mendapatkan
kebahagiaan haqiqi yaitu kebahagiaan di dunia dan akhirat.
3.2
Saran
Penulis menyarankan
kepada pembaca pada umumnya khususnya kepada mahasiswa/mahasiswi Universitas
Mathla’ul Anwar (UNMA BANTEN) agar dapat mengaplikasikan dan mengamalkan Konsep
Islam terhadap manusia mau pun fungsi adanya manusia untuk alam sehingga dapat
tercipta hubungan harmonis antara alam dan manusia.
DAFTAR
PUSTAKA
Arif Fakhrudin,Mag dkk.2010.Al-Hidayah
Al-Qur’an Tafsir Perkata Tajwid Kode Angka.Jakarta : Kalim.
A.Haris Hermawan,Mag.2009.Filsafat
Pendidikan Islam.Jakarta : Direktorat Jendarl Pendidikan Islam Depertemen
Agama.
http://krapyakorg/2012/07/25/tujuan-hidup-manusia/.
http://makalahmajannii.blogspot.com/2011/11/hakikat-alam-semesta.html.
Prof.Dr.Kasmin Wurya ,Drs.Ali
Syaifullah,H.1982.Pengantar Ilmu Jiwa Sosial.Jakarta : Erlangga.
Drs.Syahminan Zaini.1980.Mengenal Manusia
Lewat Al-Qur’an.Surabaya.
Dra.Zuhairini dkk.2009.Filsafat Pendidikan Islam.Jakarta :
Bumi Aksara.
[1]http://makalahmajannii.blogspot.com/2011/11/hakikat-alam-semesta.html.di
acces tanggal 29 september 2012
[2] A.Haris Hermawan M.Ag,Filsafat
Pendidikan Islam Cetakan 1,Jakarta,Derektorat Jendral Pendidikan Islam
Depertemen Agama,2009,hlm.61.
[3] A.Haris Hermawan M.Ag,Filsafat
Pendidikan Islam Cetakan 1,Jakarta,Direktorat Jendaral Pendidikan Islam
Depertemen Agama,2009,hlm.63.
[4] http://makalahmajannii.blogspot.com/2011/11/hakikat-alam-semesta.html.
diacces tanggal 29 november 2012.
[5] Arif Fakhrudin,M.Ag dkk,Al-Hidayah
Al-Qur’an Tafsir Perkata Tajwid Kode Angka Cetakan
,Jakarta,Kalim,2010,hlm.498,483,209,260,7.
[6] A.Haris Hermawan,M.Ag,Filsafat
Pendidikan Islam Cetakan 1,Jakarta,Direktorat Jendral Pendidikan Islam
Depertemen Agama,2009,hlm.44.
[7] A.Haris Hermawan,M.Ag,Filsafat
pendidikan Islam Cetakan 1,Jakarta,Direktorat Jendaral Pendidikan Islam
Depertemen Agama,2009,hlm.43-44.
[8] http://krapyak.org/2012/07/25/tujuan-hidup-manusia/.
Diacces tanggal 29 november 2012
[9]Prof.dr.Kasmiran Wurya,Drs. Ali
Syaifullah,Pengantar Ilmu Jiwa Sosial,Jakarta,Erlangga 1982,hlm.53.
[10] Drs.Syahminan Zaini,Mengenal
Manusia Lewat Al-Qur’an,Surabaya,1980,hlm 5-6.
[11] Dra.Zuhairini,dkk,Filsafat
pendidikan Islam,Bumi Aksara,Jakarta,2009,hlm.33
ConversionConversion EmoticonEmoticon