HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR………………………………. i
DAFTAR ISI………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………… 3
A. Latar belakang masalah……………………… 3
B. Rumusan masalah………………………………. 3
C. Tujuan………………………………………… 3
BAB II PEMBAHASAN…………………………… 4
A. Pengertian unsur kalimat……………………… 4
B. Pola kalimat dasar…………………………… 7
C. Jenis kalimat dasar……………………………. 7
BAB III PENUTUP…………………………………. 14
A. Kesimpulan……………………………………… 14
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, A.C. (2002) pkknya kualitatif: Dasar-Dasar merancang dan melakukan
Penelitian kualitatif. Bandung: Dunia pustaka jaya
Iswara, P.D. (2000) variasi p la kalimat dan keterbacaannya. Tesis pada pr gram pascasarjana UPI Bandung.
Sant s ,Azis. (2008) penelitian p la kalimat Bahasa ind nesia.www.g gle.c m.(2011) pada program pascasarjana UPI Bandung.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kalimat merupakan
primadona dalam kajian bahasa. Hal ini disebabkan antara lain karena dengan perantaradan
kalimatlah seorang guru atau dosen dapat menyampaikan maksud secara lengkap dan
jelas. Satuan bentuk bahasa yang sudah kita kenal sebelum sampai pada ttaran
kalimat adalah kata (mis. tidak ) dan frasa atau kelompok kata (mis. tidak
tahu). Kata dan frasa tidak dapat mengungkapkan suatu maksud secara lengkap
dan jelas, kecuali jika kata dan frasa itu sedang berperan dalam kalimat minor
atau merupakan jawaban sebuah pernyataan. Untuk dapat berkalimat dengan baik
perlu kita pahami terlebih dahulu sturuktur dasar suatu kalimat.
B. Rumusan Masalah
1. .Apa saja unsur-unsur dalam kalimat?
2. Bagaimana susunan pola kalimat dasar?
3. Apa saja yang menjadi pembagian dalam
jenis kalimat?
4. Apa itu kalimat inti dan inti kalimat?
5. Apa itu kalimat efektif?
6. Apa saja yang menjadi kesalahan dalam kalimat?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi unsur-unsur dalam kalimat.
2. Untuk mengetahui susunan pola kalimat dasar.
3. Untuk mengetahui pembagian jenis kalimat.
4. Untuk mengetahui kalimat inti dan inti kalimat.
5. Untuk mengetahui apa itu kalimat efektif.
6. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi kesalahan dalam kalimat efektif.
BAB II
PEMBAHASAN
KALIMAT
A.
Unsur-unsurKalimat
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang biasa disebut juga jabatan kata atau peran kata,yaitu subjek(S), predikat(P), objek(O), pelengkap(P), dan keterangan (Ket)[1][1]. Kalimat
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang biasa disebut juga jabatan kata atau peran kata,yaitu subjek(S), predikat(P), objek(O), pelengkap(P), dan keterangan (Ket)[1][1]. Kalimat
Bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri
atas dua unsur, yakni S dan P dan yang
Lainya .
ü Unsur-unsur kalimat dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Subjek (S)
Subjek (S) adalah bagian kalimat yang menunjuk pada pelaku, tokoh, sosok, sesuatu hal, atau suatu masalah yang menjadi pokok pembicaraan. Sebagian besar S diisi oleh kata benda/frasa nominal, kata kerja /frasa verbal, dan klausa. Subjek kalimat dapat dicari dengan rumus pertanyaan apa ataupun siapa. Contoh :
Subjek (S) adalah bagian kalimat yang menunjuk pada pelaku, tokoh, sosok, sesuatu hal, atau suatu masalah yang menjadi pokok pembicaraan. Sebagian besar S diisi oleh kata benda/frasa nominal, kata kerja /frasa verbal, dan klausa. Subjek kalimat dapat dicari dengan rumus pertanyaan apa ataupun siapa. Contoh :
a. Kakek itu sedang
melukis (S yang diisi kata benda/frasa nominal).
b. Berjalan kaki menyehatkan
badan (S yang diisi kata kerja/frasa verbal).
c. Gunung Kidul itu tinggi (S yang diisi kata benda/frasa nominal).
2. Predikat(P
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan perbuatan (action)
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan perbuatan (action)
apa S, yaitu pelaku/tokoh atau sosok di dalam
suatu kalimat. Satuan bentuk pengisian P dapat berupa kata atau frasa
namun sebagian besar berkelas verbal
atau adjektiva, tetapi dapat juga numeral, nominal atau frasa nominal. Pemakaian
kata adalah pada predikat biasa terdapat pada kalimat nominal. Predikat (P)
dapat dicari dengan rumus pertanyaan bagaimana, mengapa, ataupun diapakan.
Contoh :
a. Ibu sedang tidur siang (P yang diisi dengan kata kerja/frasa
verbal).
b. Soal ujian ini sulit sekali (P
yang diisi dengan kata sifat/frasa adjektif).
c. Karangan itu sangat bagus (P yang diisi dengan kata sifat/frasa
adjektif).
d. Santi adalah seorang
kolektor (P dengan pemakaian kata adalah pada frasa nominal)
3. Objek (O)
Objek merupakan bagian kalimat yang melengkapi Predikat (P). Objek biasanya diisi oleh nominal, frasa nominal atau klausa. Letak Objek (O) selalu di belakang P yang berupa verba transitif, yaitu veba yang menuntut wajib hadirnya O. Objek dapat dicari dengan rumus pertanyaan apa atau siapa terhadap tindakan Subjek. Contoh :
Objek merupakan bagian kalimat yang melengkapi Predikat (P). Objek biasanya diisi oleh nominal, frasa nominal atau klausa. Letak Objek (O) selalu di belakang P yang berupa verba transitif, yaitu veba yang menuntut wajib hadirnya O. Objek dapat dicari dengan rumus pertanyaan apa atau siapa terhadap tindakan Subjek. Contoh :
a. Mereka memancing ikan Pari (O yang
diisi dengan kata benda/frasa nominal).
b. Orang itu menipu adik saya (O yang diisi dengan kata benda/frasa
nominal).
4. Pelengkap
Pelengkap (Pel) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Letak Pel umumnya di belakang P yang berupa verbal. Posisi ini juga bisa ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga bisa sama, yaitu nominal atau frasa nominal. akan tetapi, antara Pel dan O terdapat perbedaan. Contoh :
Pelengkap (Pel) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Letak Pel umumnya di belakang P yang berupa verbal. Posisi ini juga bisa ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga bisa sama, yaitu nominal atau frasa nominal. akan tetapi, antara Pel dan O terdapat perbedaan. Contoh :
ü
Ketua MPR //membacakan //Pancasila.
S P O
ü Banyak orsospol // berlandaskan // Pancasila
S P Pel
Kedua kalimat aktif di atas yang Pelengkap dan O-nya sama-sama nominal
Pancasila, jika hendak dipasifkan
ternyata yang bisa hanya kalimat pertama dengan ubahan sebagai berikut :
ü Pancasila //dibacakan // oleh
Ketua MPR
S P Ket
*Pancasila dilandasi oleh banyak
orsospol (tidak gramatikal karemna
posisi Pancasila sabagai Pelengkap pada kalimat kedua ini tidak dapat
dipindahkan ke depan menjadi S dalam bentuk kalimat pasif).
Hal lain yang membedakan Pel dengan O adalah jenis pengisiannya. Pel bisa
diisi oleh adjektiva, frasa adjektif, frasa verbal, dan frasa preposisional.
Contoh :
a. Kita benci pada kemunafikan (Pel-nya frase preposisional).
b. Mayang bertubuh mungil
(Pel-nya frase adjektiva).
c. Sekretaris itu mengambilkan bosnya air minum (Pel-nya frase nominal).
d. Pak Lam suka bermain tenis (Pel-nya
frase verbal).
5. Keterangan.
Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan Pelengkap dan klausa dalam sebuah kalimat. Pengisi Keterangan adalah adverbial, frasa nominal, frasa proposisional, atau klausa. Posisi keterangan boleh dimana saja, di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Contoh:
Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan Pelengkap dan klausa dalam sebuah kalimat. Pengisi Keterangan adalah adverbial, frasa nominal, frasa proposisional, atau klausa. Posisi keterangan boleh dimana saja, di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Contoh:
a.
Antoni menjilid makalah kemarin pagi.
b.
Antoni kemarin pagi menjilid makalah.
c.
Kemarin
pagi Antono menjilid makalah.
Keterangan terbagi menjadi
beberapa jenis, diantaranya keterangan waktu, tempat, cara, alat, alasan/sebab,
tujuan, similatif, dan penyerta. Contoh :
a. Aulia memotong tali dengan gunting (Ket. Alat)
b. Mahasiswa fakultas hukum berdebat bagaikan pengacara (Ket.
Similatif)
c. Karena malas belajar, mahasiswa itu tidak lulus
ujian (Ket. Sebab)
d. Polisi menyelidiki masalah narkoba dengan cara hati-hati (Ket. Cara)
e. Amir pergi dengan teman-teman sekelasnya (Ket. Penyetar
B. Pola kalimat
dasar
Kalimat dasar bukanlah nama jenis kalimat, melainkan acuan untuk membuat berbagai tipe kalimat. Kalimat dasar terdiri atas beberapa struktur kalimat yang dibentuk dengan lima unsur kalimat, yaitu S, P, O, Pelengkap dan keterangan.
Berdasarkan fungsi dan peran gramatikalnya ada enam tipe kalimat yang dapat dijadikan model pola kalimat dasar bahasa Indonesia. Keenam tipe kalimat itu tercantum dalam tabel berikut :
Kalimat dasar bukanlah nama jenis kalimat, melainkan acuan untuk membuat berbagai tipe kalimat. Kalimat dasar terdiri atas beberapa struktur kalimat yang dibentuk dengan lima unsur kalimat, yaitu S, P, O, Pelengkap dan keterangan.
Berdasarkan fungsi dan peran gramatikalnya ada enam tipe kalimat yang dapat dijadikan model pola kalimat dasar bahasa Indonesia. Keenam tipe kalimat itu tercantum dalam tabel berikut :
Tipe dan fungsi
|
Subjek
|
Predikat
|
Objek
|
Pelengkap
|
Keterangan
|
1. S-P
|
Orang itu
Saya
|
sedang tidur
mahasiswa baru
|
-
-
|
-
-
|
-
-
|
2.S-P-O
|
Ayahnya
Rani
|
mengendarai
mendapat
|
mobil baru
piagam
|
-
-
|
-
-
|
3.S-P-Pel
|
Beliau
Pancasila
|
menjadi
merupakan
|
-
-
|
ketua koperasi
dasar negara kita
|
-
-
|
4.S-P-Ket
|
Kami
Kecelakaan itu
|
tinggal
terjadi
|
-
-
|
-
-
|
tahun 1999
|
5.S-P-O-Pel
|
Hasan
Diana
|
mengirimi
mengambilkan
|
ibunya
adiknya
|
uang
buku tulis
|
-
-
|
6.S-P-O-Ket
|
Pak Bejo
Beliau
|
menyimpan
memperlakukan
|
uang
kami
|
-
-
|
di bank
dengan baik
|
C. Jenis Kalimat
Dasar
Kalimat dapat dibeda-bedakan menjadi beberapa jenis menurut (a) jumlah klausa pembentuknya, (b) fungsi isinya, (c) kelengkapan unsurnya, (d) susunan subjek dan predikatnya, dan (e) sifat hubungan aktor-aksi.
Kalimat dapat dibeda-bedakan menjadi beberapa jenis menurut (a) jumlah klausa pembentuknya, (b) fungsi isinya, (c) kelengkapan unsurnya, (d) susunan subjek dan predikatnya, dan (e) sifat hubungan aktor-aksi.
1. Jenis Kalimat menurut Jumlah Klausanya
Menurut jumlah klausa pembentuknya, kalimat dapat dibentuk atas dua macam, yaitu (1) kalimat tunggal dan (2) kalimat majemuk. 7
Menurut jumlah klausa pembentuknya, kalimat dapat dibentuk atas dua macam, yaitu (1) kalimat tunggal dan (2) kalimat majemuk. 7
(a)
Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang mempunyai satu klausa bebas. Hal itu berarti hanya ada satu P di dalam kalimat tunggal. Unsur P adalah sebagai penanda klausa. Unsur S dan P memang selalu wajib hadir di dalam setiap kalimat. Adapun O, Pelengkap dan Keterangan sifatnya tidak wajib hadir di dalam kalimat, termasuk dalam kalimat tunggal. Jika P masih perlu dilengkapi, barulah unsur yang melengkapi itu dihadirkan.
Berdasarkan jenis kata/frasa pengisi P-nya, kalimat tunggal dapat dipilah menjadi empat macam yang diberi nama atau label tambahan sesuai jenis kata atau frasanya, yaitu nominal, adjektiva, verbal, dan numeral. Contoh :
Kalimat tunggal adalah kalimat yang mempunyai satu klausa bebas. Hal itu berarti hanya ada satu P di dalam kalimat tunggal. Unsur P adalah sebagai penanda klausa. Unsur S dan P memang selalu wajib hadir di dalam setiap kalimat. Adapun O, Pelengkap dan Keterangan sifatnya tidak wajib hadir di dalam kalimat, termasuk dalam kalimat tunggal. Jika P masih perlu dilengkapi, barulah unsur yang melengkapi itu dihadirkan.
Berdasarkan jenis kata/frasa pengisi P-nya, kalimat tunggal dapat dipilah menjadi empat macam yang diberi nama atau label tambahan sesuai jenis kata atau frasanya, yaitu nominal, adjektiva, verbal, dan numeral. Contoh :
1. Kami mahasiswa Universitas
Mathla’ul Anwar (kalimat nominal)
2. Jawaban anak pintar itu sangat
tepat (kalimat adjektiva)
3. Sapi-sapi sedang merumput
(kalimat verbal)
4. Mobil orang kaya itu ada delapan
(kalimat numeral)
(b)
Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan dari dua atau lebih kalimat tunggal. Dengan kata lain kalimat majemuk adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan dua predikat. Kalimat majemuk dibagi menjadi dua bagian yaitu:
Kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan dari dua atau lebih kalimat tunggal. Dengan kata lain kalimat majemuk adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan dua predikat. Kalimat majemuk dibagi menjadi dua bagian yaitu:
(1)
Kalimat majemuk setara/koordinatif
Kalimat majemuk setara/koordinatif yaitu gabungan dua pokok pikiran atau lebih yang kedudukannya setara. Struktur kalimat yang di dalamnya terdapat sekurang-kurangnya dua kalimat dasar dan masing-masing dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal. Konjungtor yang menghubungkan klausa dalam kalimat majemuk setara jumlahnya cukup banyak. Konjungtor itu menunjuk beberapa jenis hubungan dan menjalankan beberapa fungsi. Berikut tabel penghubung klausa dalam kalimat majemuk setara:
Kalimat majemuk setara/koordinatif yaitu gabungan dua pokok pikiran atau lebih yang kedudukannya setara. Struktur kalimat yang di dalamnya terdapat sekurang-kurangnya dua kalimat dasar dan masing-masing dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal. Konjungtor yang menghubungkan klausa dalam kalimat majemuk setara jumlahnya cukup banyak. Konjungtor itu menunjuk beberapa jenis hubungan dan menjalankan beberapa fungsi. Berikut tabel penghubung klausa dalam kalimat majemuk setara:
Jenis Hubungan
|
Fungsi
|
Kata Penghubung
|
1. Penghubung
|
Menyatakan penjumlahan atau gabungan kejadian, kegiatan, peristiwa, dan
proses
|
Dan, serta, baik, maupun
|
2. Pertentangan
|
Menyatakan bahwa hal yang dinyatakan dalam klausa pertama bertentangan
dengan klausa kedua
|
Tetapi, sedangkan, bukannya, melainkan
|
3. Pemilihan
|
Menyatakan pilihan di antara dua kemungkinan
|
Atau
|
4. Perurutan
|
Menyatakan kejadian yang berurutan
|
Lalu, kemudian
|
Contoh kalimat majemuk setara/koordinatif :
·
Anto gemar menulis sedangkan Anita gemar menari.
·
Engkau tinggal di sini, atau ikut dengan saya.
·
Sinta cantik, tetapi sombong.
·
Ia memarkirkan mobil di lantai
3, lalu naik lift ke lantai 30
(2) Kalimat
Majemuk Bertingkat/Kompleks/Subordinatif
Kalimat majemuk bertingkat/kompleks/subordinatif yaitu kalimat tunggal yang salah satu jabatannya diperluas membentuk kalimat baru. Dalam kalimat majemuk bertingkat kita mengenal :
Kalimat majemuk bertingkat/kompleks/subordinatif yaitu kalimat tunggal yang salah satu jabatannya diperluas membentuk kalimat baru. Dalam kalimat majemuk bertingkat kita mengenal :
a.
Induk kalimat (jabatan kalimat
yang bersifat tetap atau tidak mengalami perubahan)
b.
Anak kalimat (jabatan kalimat
yang diperluas membentuk kalimat baru. Anak kalimat ditandai pemakaian kata penghubung dan bila mendahului
induk kalimat dipisah dengan tanda baca koma)
Berikut tabel jenis
hubungan antarklausa, konjungtor, dan fungsinya dalam kalimat majemuk
bertingkat.
Jenis Hubungan
|
Kata Penghubung
|
a. Waktu
|
sejak, sedari, sewaktu,
sementara, seraya, setelah, sambil, sehabis, sebelum, ketika, tatkala, hingga,
sampai
|
b. Syarat
|
jika(lau), seandainya,
an-daikata, andaikan, asalkan, kalau, apabila, bilamana, manakala
|
c. Tujuan
|
agar, supaya, untuk, biar
|
d. Konsesif
|
walau(pun), meski(pun), sekalipun, biar(pun), kendati(pun), sungguh(pun)
|
e. Pembandingan
|
seperti, bagaikan, laksana, sebagaimana, daripada, alih-alih, ibarat
|
f. Penyebaban
|
sebab, karena, oleh karena
|
g. Pengakibatan
|
sehingga, sampai-sampai, maka
|
h. Cara/alat
|
dengan, tanpa
|
i. Kemiripan
|
seolah-olah, akan
|
j. Kenyataan
|
Padahal
|
k. Penjelasan
|
Bahwa
|
l. Hasil
|
Makanya
|
Contoh kalimat majemuk bertingkat/kompleks/subordinatif :
1.
Agar koperasi unit desa (KUD) berkembang,perlu
dipikirkan penciptaan kader-kader yang tangguh.
2.
Ketika memberikan keterangan, saksi itu meneteskan air
mata.
3.
Pembangunan rumah susun itu
memerlukan penelitian sebab beberapa
unit rumah susun belum berpenghuni.
4.
hujan turun berhari-hari sehingga banjir besar melanda kota itu.
5.
Dengan menurunkan harga beberapa jenis BBM, kita berharap kegiatan ekonomi tidak lesu
lagi.
6.
Pengurus lama berjanji bahwa koperasi kita akan memilih
pengurus baru.
7.
Tempat itu kotor, makanya dia malas kalau disuruh ke situ
8.
Dia diam saja seakan-akan tidak tahu kesalahannya.
9.
Semangat belajarnya tetap
tinggi meskipun usianya sudah
lanjut.
10. Aku memahaminya sebagaimana ia
memahamiku.
2.
Jenis kalimat Menurut Fungsinya
Sesuai Tata Bahasa Buku Bahasa Indonesia (2003:337) disebutkan berdasarkan bentuk atau kategori sintaksisnya kalimat dibedakan atas empat macam, yaitu : (1)kalimat berita (deklaratif), (2) kalimat tanya (interogatif), (3) kalimat perintah (imperatif), dan (4) kalimat seru (ekslamatif)
Sesuai Tata Bahasa Buku Bahasa Indonesia (2003:337) disebutkan berdasarkan bentuk atau kategori sintaksisnya kalimat dibedakan atas empat macam, yaitu : (1)kalimat berita (deklaratif), (2) kalimat tanya (interogatif), (3) kalimat perintah (imperatif), dan (4) kalimat seru (ekslamatif)
(a)
Kalimat Berita (Deklaratif)
Kalimat berita adalah kalimat yang dipakai untuk menyatakan suatu berita. Ciri-ciri kalimat berita, yaitu : bersifat bebas, boleh langsung atau tak langsung, aktif atau pasif, tunggal atau majemuk, berintonasi menurun dan kalimatnya diakhiri tanda titik (.). Contoh :
Kalimat berita adalah kalimat yang dipakai untuk menyatakan suatu berita. Ciri-ciri kalimat berita, yaitu : bersifat bebas, boleh langsung atau tak langsung, aktif atau pasif, tunggal atau majemuk, berintonasi menurun dan kalimatnya diakhiri tanda titik (.). Contoh :
1.
Pembagian beras gratis di
kampungku dilakukan kemarin pagi.
2.
Perayaan HUT RI 63 berlangsung
meriah.
(b) Kalimat Tanya (Introgatif)
Kalimat tanya adalah kalimat yang dipakai untuk memperoleh informasi. Ciri –ciri kalimat tanya, yaitu : diakhiri tanda tanya (?), berintonasi naik dan sering pula hadir kata apakah, bagaimana, dimana, siapa, yang mana, dll. Contoh :
Kalimat tanya adalah kalimat yang dipakai untuk memperoleh informasi. Ciri –ciri kalimat tanya, yaitu : diakhiri tanda tanya (?), berintonasi naik dan sering pula hadir kata apakah, bagaimana, dimana, siapa, yang mana, dll. Contoh :
A.
Apakah barang ini milikmu?
B.
.Kapan adikmu kembali ke
Indonesia?
(c)
Kalimat Perintah (Imperatif)
Kalimat perintah (imperatif) dipakai untuk menyuruh dan melarang orang berbuat sesuatu. Kalimat perintah berintonasi menurun dan diakhiri tanda titik (.) atau seru (!). Kalimat perintah dapat dipilah lagi menjadi kalimat perintah suruhan, kalimat perintah halus, kalimat perintah permohonan, kalimat perintah ajakan dan harapan, kalimat perintah larangan, dan kalimat perintah pembiaran. Contoh :
Kalimat perintah (imperatif) dipakai untuk menyuruh dan melarang orang berbuat sesuatu. Kalimat perintah berintonasi menurun dan diakhiri tanda titik (.) atau seru (!). Kalimat perintah dapat dipilah lagi menjadi kalimat perintah suruhan, kalimat perintah halus, kalimat perintah permohonan, kalimat perintah ajakan dan harapan, kalimat perintah larangan, dan kalimat perintah pembiaran. Contoh :
1. Tolonglah bawa motor ini ke bengkel.(kalimat perintah halus)
2. Buka pintu itu! (kalimat perintah suruhan)
3. Jangan buang sampah di sungai itu! (kalimat perintah larangan)
4. Mohon hadiah ini kamu terima. (kalimat perintah permohonan/permintaan)
5. Ayolah, kita belajar. (kalimat perintah ajakan dan harapan)
6. Biarlah dia pergi bersama temannya. (kalimat perintah pembiaraan)
(d) Kalimat Seru (Ekslamatif)
Kalimat seru (ekslamatif) adalah kalimat yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan emosi yang kuat, termasuk kejadian yang tiba-tiba dan memerlukan reaksi spontan. Kalimat ini berintonasi naik dan diakhiri tanda seru (!). Contoh :
Kalimat seru (ekslamatif) adalah kalimat yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan emosi yang kuat, termasuk kejadian yang tiba-tiba dan memerlukan reaksi spontan. Kalimat ini berintonasi naik dan diakhiri tanda seru (!). Contoh :
1. Hai, ini dia orang yang kita cari!
2. Wah, pintar benar anak ini
3. Jenis
Kalimat menurut Kelengkapan Unsurnya
Dipandang dari segi kelengkapan unsurnya, kalimat dibedakan menjadi dua yaitu : kalimat sempurna (mayor) dan kalimat tak lengkap (minor).
Dipandang dari segi kelengkapan unsurnya, kalimat dibedakan menjadi dua yaitu : kalimat sempurna (mayor) dan kalimat tak lengkap (minor).
(a) Kalimat
Sempurna (Mayor)
Kalimat sempurna adalah kalimat yang dasarnya terdiri dari sebuah klausa bebas (Cook,197 : 47). Oleh karena yang mendasari kalimat sempurna adalah suatu klausa bebas maka kalimat sempurna ini cukup kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Contoh :
Kalimat sempurna adalah kalimat yang dasarnya terdiri dari sebuah klausa bebas (Cook,197 : 47). Oleh karena yang mendasari kalimat sempurna adalah suatu klausa bebas maka kalimat sempurna ini cukup kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Contoh :
1.
Ayah membaca koran. (K.S.
dilihat dari kalimat tunggal)
2.
Kalau saya mempunyai uang,
saya akan membeli rumah itu. (K.S. dilihat dari kalimat majemuk bertingkat.
b) Kalimat Tak
Sempurna (Minor)
Kalimat tak sempurna adalah kalimat yang subjek dan predikatnya tidak lengkap atau dengan kata lain subjek dan predikatnya tidak ada sama sekali. Kalimat tak sempurna ini mencakup kalimat pertanyaan, minor dan seruan Contoh :
Kalimat tak sempurna adalah kalimat yang subjek dan predikatnya tidak lengkap atau dengan kata lain subjek dan predikatnya tidak ada sama sekali. Kalimat tak sempurna ini mencakup kalimat pertanyaan, minor dan seruan Contoh :
a. “Maksudmu?”
b. “Ayah di Sumatera Utara.”
`4. Jenis Kalimat
menurut Susunan Subjek dan Predikatnya
Jenis kalimat menurut susunan subjek dan predikatnya dapat dibagi menjadi dua yaitu : kalimat versi dan kalimat inversi.
Jenis kalimat menurut susunan subjek dan predikatnya dapat dibagi menjadi dua yaitu : kalimat versi dan kalimat inversi.
(a)
Kalimat Versi
Kalimat versi adalah kalimat yang berpola S-P. Kalimat ini bisa dikatakan sama dengan kalimat tunggal tunggal yang mempunyai satu klausa.Contoh :
Kalimat versi adalah kalimat yang berpola S-P. Kalimat ini bisa dikatakan sama dengan kalimat tunggal tunggal yang mempunyai satu klausa.Contoh :
1.
Dokter menangani pasien itu
dengan baik.
2.
Mereka bersalaman.
(b) Kalimat Inversi
Kalimat inversi adalah kalimat yang P-nya mendahului S sehingga membentuk pola P-S. Selain merupakan variasi dari pola S-P, ternyata kalimat berpola P-S dapat memberi penekanan atau ketegasan makna tertentu. Memang kata atau frase yang pertama muncul dalam tuturan bisa menjadi kata kunci yang mempengaruhi makna. Contoh :
Kalimat inversi adalah kalimat yang P-nya mendahului S sehingga membentuk pola P-S. Selain merupakan variasi dari pola S-P, ternyata kalimat berpola P-S dapat memberi penekanan atau ketegasan makna tertentu. Memang kata atau frase yang pertama muncul dalam tuturan bisa menjadi kata kunci yang mempengaruhi makna. Contoh :
1.
Matikan televisi itu
2.
Tidak terkabul permintaannya
5. Kalimat menurut sifat hubungan aktor-aksi.
Dipandang dari segi hubungan aktor-aksi, maka kalimat ini terbagi menjadi empat yaitu : (1) kalimat aktif, (2) kalimat pasif, (3) kalimat medial dan (4) kalimat resiprokal.
Dipandang dari segi hubungan aktor-aksi, maka kalimat ini terbagi menjadi empat yaitu : (1) kalimat aktif, (2) kalimat pasif, (3) kalimat medial dan (4) kalimat resiprokal.
(a) Kalimat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat kalimat yang subjeknya sebagai pelaku atau aktor (Cook,1971 : 49). Kalimat aktif umumnya berawalan me- dan ber- pada P-nya. Contoh :
Kalimat aktif adalah kalimat kalimat yang subjeknya sebagai pelaku atau aktor (Cook,1971 : 49). Kalimat aktif umumnya berawalan me- dan ber- pada P-nya. Contoh :
1. Anto mengambil buah mangga.
2. Adik bermain bola.
(b)
Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat kalimat yang subjeknya berperan sebagai penderita atau dikenai pekerjaan / tindakan. Kalimat pasif umumnya berawalan di- , ter- , ke-an. Contoh :
Kalimat pasif adalah kalimat kalimat yang subjeknya berperan sebagai penderita atau dikenai pekerjaan / tindakan. Kalimat pasif umumnya berawalan di- , ter- , ke-an. Contoh :
1. Piring dicuci Anita.
2. Adik terjatuh di kamar mandi.
3. Suaranya kedengaran ke sana.
c)
Kalimat Medial
Kalimat medial adalah kalimat yang subjeknya berperan baik sebagai pelaku dan atau sebagai penderita (objek). Contoh :
Kalimat medial adalah kalimat yang subjeknya berperan baik sebagai pelaku dan atau sebagai penderita (objek). Contoh :
1. Dia menghibur dirinya.
2. Wanita itu menggantung dirinya sendiri.
3. Mereka menyusahkan diri sendiri.
(d)
Kalimat Resiprokal
Kalimat resiprokal adalah kalimat yang subjek dan objeknya melakukan sesuatu perbuatan yang berbalas-balasan. Contoh :
Kalimat resiprokal adalah kalimat yang subjek dan objeknya melakukan sesuatu perbuatan yang berbalas-balasan. Contoh :
1.
Saya sering tukar-menukar buku
dengan si Joni.
2.
Para pembeli ramai tawar-menawar
dengan para pedagang
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
Dari pembahasan tentang
kalimat maka diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Kalimat merupakan bagian ujaran/tulisan yang mempunyai struktur minimal
subjek (S), predikat (P) dan intonasi finalnya menunjukkan bagian
ujaran/tulisan itu sudah lengkap dengan makna (bernada berita, tanya, atau
perintah).
2. Kalimat dapat dibeda-bedakan menjadi beberapa jenis menurut (a) jumlah
klausa pembentuknya, (b) fungsi isinya, (c) kelengkapan unsurnya, (d) susunan
subjek dan predikatnya, dan (e) sifat hubungan aktor-aksi.
3. Kalimat inti berbeda dengan inti kalimat. Kalimat inti adalah kalimat yang
terdiri atas S dan P. Sedangkan inti kalimat adalah kalimat yang terdiri atas
inti-inti kalimat atau unsur-unsur kalimat yaitu S-P-O.
4. Dalam kalimat kita akan menemui beberapa keasalan atau ketidakefektifan.
Beberapa kesalahan yang terjadi dalam kalimat, diantaranya : (1) kalimat
kontaminasi, (2) ketidakjelasan unsur S dan P dalam kalimat, (3) gejala
pleonasme dalam kalimat,dan (4) penggunaan kata yang salah dalam kalimat.
Pola Dasar Kalimat Bahasa Indonesia
Kalimat yang kita gunakan sesungguhnya dapat
dikembalikan ke dalam sejumlah kalimat dasar yang sangat terbatas. Dengan
perkataan lain, semua kalimat yang kita gunakan berasal dari beberapa pola
kalimat dasar saja. Sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing, kalimat dasar
tersebut kita kembangkan, yang pengembangannya itu tentu saja harus didasarkan
pada kaidah yang berlaku.
Berdasarkan keterangan sebelumnya, dapat ditarik
kesimpulan bahwa kalimat dasar ialah kalimat yang berisi informasi pokok dalam
struktur inti, belum mengalami perubahan. Perubahan itu dapat berupa penambahan
unsur seperti penambahan keterangan kalimat ataupun keterangan subjek, predikat, objek, ataupun pelengkap. Kalimat dasar dapat dibedakan ke dalam
delapan tipe sebagai berikut.
1)
Kalimat Dasar Berpola S P
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan
predikat. Predikat kalimat untuk tipe ini dapat berupa kata kerja, kata benda,
kata sifat, atau kata bilangan. Misalnya:
o Mereka / sedang bekerja.
S P
(kata kerja) 15
o pamannya / pemain bola.
S
P
(kata benda)
o Gambar itu / bagus.
S
P
(kata sifat)
o Peserta penataran ini / empat puluh
orang.
S
P
(kata bilangan)
2) Kalimat
Dasar Berpola S P O
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek,
predikat, dan objek. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa
verba transitif, dan objek berupa nomina atau frasa nominal. Misalnya:
Mereka / sedang menyusun / strategi penyerangan.
S
P
O
3) Kalimat
Dasar Berpola S P Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek,
predikat, dan pelengkap. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat
berupa verba intransitif atau kata sifat, dan pelengkap berupa nomina atau
adjektiva. Misalnya:
Budi / beternak / ayam.
S
P
Pel.
4) Kalimat
Dasar Berpola S P O Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek,
predikat, objek, dan pelengkap. subjek berupa nomina atau frasa nominal,
predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan
pelengkap berupa nomina atau frasa nominal. Misalnya:
Dia / mengirimi / saya / surat.
S
P
O
Pel.
5) Kalimat Dasar Berpola S P K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek,
predikat, dan harus memiliki unsur keterangan karena diperlukan oleh predikat.
Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, dan
keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
Mereka / berasal / dari Surabaya.
S
P
K
6) Kalimat
Dasar Berpola S P O K
16
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek,
predikat, objek, dan keterangan. subjek berupa nomina atau frasa nomina,
predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan
keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
Kami / memasukkan / pakaian / ke dalam lemari.
S
P
O
K
7)
Kalimat Dasar Berpola S P Pel. K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek,
predikat, pelengkap, dan keterangan. Subjek berupa nomina atau frasa nominal,
predikat berupa verba intransitif atau kata sifat, pelengkap berupa nomina atau
adjektiva, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
Ungu / bermain / musik / di atas panggung.
S
P
Pel.
K
8) Kalimat
Dasar Berpola S P O Pel. K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek,
predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. subjek berupa nomina atau frasa
nominal, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa
nominal, pelengkap berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa
frasa berpreposisi. Misalnya:
Dia / mengirimi / ibunya / uang / setiap bulan.
S
P
O
Pel. Ket.
4
1 comments:
Click here for commentsbagaimana kok ga adda catatan kakinya
ConversionConversion EmoticonEmoticon